Sunday, December 29, 2013

Pendoa Syafaat (Yohanes 17)



Apakah peran doa syafaat  dalam kehidupan iman Anda di hadapan Allah

Apakah yang dapat kita pelajari dari para tokoh Alkitab  yang juga pendoa syafaat?

Bagaimana kita dapat melatih dengan setia doa syafaat kita pada hari ini?





Tidak ada kehormatan yang lebih besar dari kehormatan mendoakan orang lain. Melalui doa kita dapat kesempatan yang indah untuk memasuki persekutuan dan percakapan atas nama orang lain. Doa syafaat merupakan tanda kasih kita kepada orang lain, sebuah keinginan agar mereka sejahtera, dan merupakan keyakinan kita bahwa Allah memperhatikan mereka lebih yang kita lakukan! Di dunia di mana jutaan orang mengalami penderitaan yang besar dan musuh di hadapan mereka, doa syafaat adalah salah satu pelayanan terbesar bagi orang percaya dan gereja Tuhan.
Saat kita melatih bentuk doa ini, kita langsung di hadapkan pada pertanyaan: Dapatkah kita sesungguhnya mempengaruhi situasi orang lain dengan mendoakan mereka? Namun ini  juga pertanyaan yang sulit saat kita berdoa bagi orang lain namun nampaknya tidak sesuai dengan keinginan mereka yang kita doakan pada saat itu. Contohnya, apakah mungkin berdoa syafaat bagi keselamatan seseorang saat orang tersebut menolak kemungkinan itu. Atau secara umum, apakah doa syafaat menghindari atau mengesampingkan keinginan yang lain? Alkitab tidak secara langsung menjawab pertanyaan seperti ini. Namun lebih kepada menunjukkan bagaimana berdoa bagi orang lain dalam segala situasi. Musa bahkan berdoa untuk Firaun dalam kitab Keluaran 8:9-13, dan tidak seorangpun di Alkitab yang memiliki hati sekuat dia! Dan Allah mengangakat wabah sebagai jawaban bagi doa Musa.
Sebagaimana dengan doa secara umum, kita berurusan dengan misteri saat kita menaikkan doa syafaat. Kita harus mengetahui hal itu. Kita juga harus mengetahui bahwa misteri ini  tidak dapat dipisahkan dari tokoh-tokoh Alkitab yang mempertahankan doa syafaat. Abraham adalah contoh kunci saat dia berdoa bagi Sodom dan Gomora dalam Kejadian 18:17-33. Juga, Musa berdoa bagi Israel dalam Keluaran 32:32; Bilangan  14:17 dan  Ulangan 9:26. Kemudian, dalam Doa  Daud kepada Israel dalam I Tawarikh 21:17. Para nabi berdoa terus menerus dan dengan sungguh-sungguh bagi umatNya, dan Pemazmur penuh dengan contoh-contoh doa syafaat. Dalam Perjanjian Lama umat berdoa untuk kemenangan secara militer, bagi anak mereka, bagi  penyertaan ilahi, bagi kebebasan, bagi kesehatan, dan bagi rahmat-untuk beberapa nama.
Contoh terbaik dalam Perjanjian Baru adalah dari Yesus dan Paulus. Saat berada di bumi, Kristus berdoa bagi orang lain agar melihat realitas dan kemuliaan Bapa (Yohanes 11:41-42; 12:28), bagi murid-muridNya (Yoh 17:1-19), bagi masa depan orang percaya (Yoh 17:20-23), dan pengampunan bagi orang lain (Lukas 23:46). Setelah kenaikannya, kita diberitahu bahwa Kristus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:34, Ibrani 7:25). Juga, Roh Kudus berdoa bagi kita (Roma 8:26-27). Dan juga bagi kita yang tidak digerakkan dan diperintahkan sebagaimana yang kita baca mengenai doa-doa Paulus bagi orang lain, khususnya di awal surat-suratnya.
Ambillah pesan Alkitab secara keseluruhan, hal yang kita diundang, dan memang diperintahkan (I Timotius 2:1-3), untuk berdoa kepada Allah atas nama orang lain, dimana kita bebas memohon untuk apapun selama tidak bertentangan dengan kehendak Allah sebagaiman kita ketahui. Syafaat semacam itulah yang menjamin secara luas dan kebebasan luar biasa dalam berekpresi. Dan ada kalanya bergerak dalam suasana yang tidak terlihat yang bermanfaat bagi orang yang kita doakan. Jadi begitu berharga adalah karunia syafaat bahwa sebagai nabi tua, Samuel, memberikan sambutannya kepada bangsa Israel (I Samuel 12:23), katanya, “ Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus.”
Mengingat pentingnya doa syafaat, kita bergerak melihat bagaimana kita dapat melatihnya secara efektif. Tokoh Alkitab menyaksikan bahwa hal ini seharusnya dipraktekkan dalam doa pribadi kita. Pendoa syafaat Paulus pada awal surat-suratnya merefleksikan hatinya dalam syafaat kepada gereja-gereja yang diperdulikannya. Menggunakan Mazmur sebagai penuntun, kita belajar bahwa seluruh jemaat dapat melatih syafaat mereka; memang, pendoa syafaat dapat menjadi bagian yang mendalam dalam penyembahan umat. Dalam  cara ini kita memenuhi nubuatan nabi Yesaya bahwa Rumah Allah akan di sebut Rumah Doa (Yesaya 56:7), nubuatan yang diulang Kristus sendiri dalam Matius 21;13, dan Lukas 19:46.
Dalam setiap doa syafaat kita berdoa untuk kerinduan hati kita untuk bersyafaat bagi orang lain. Kita tidak menyuruh Allah melakukan sesuatu atau memaksa Allah melakukan sesuatu. Namun kita bebas mengekspresikan hati kita bersyafaat bagi orang lain. Dimana juga hal itu dapat menahan hasrat kita atau emosi kita. Jika niat kita terhormat,  kita akan yakin bahwa Roh Kudus melihat “kesalahan” dan akan secara benar menerjemahkan doa kita di hadapan Bapa di Surga. Dalam doa syafaat, tugas kita bukanlah “bisa melakukannya denga benar”, namun lebih kepada “dapatkan dengan benar.” Allah akan membuat semuanya masuk akal dan menenunnya menjadi satu dengan kehendakNya.



Translate By Pdp. Ronaldo Lesilolo, S.Th

Sumber: The Everyday Study Bible