Apakah yang dapat
kita pelajari dari para tokoh Alkitab yang
juga pendoa syafaat?
Bagaimana kita
dapat melatih dengan setia doa syafaat kita pada hari ini?
Tidak ada kehormatan yang
lebih besar dari kehormatan mendoakan orang lain. Melalui doa kita dapat
kesempatan yang indah untuk memasuki persekutuan dan percakapan atas nama orang
lain. Doa syafaat merupakan tanda kasih kita kepada orang lain, sebuah keinginan
agar mereka sejahtera, dan merupakan keyakinan kita bahwa Allah memperhatikan
mereka lebih yang kita lakukan! Di dunia di mana jutaan orang mengalami
penderitaan yang besar dan musuh di hadapan mereka, doa syafaat adalah salah
satu pelayanan terbesar bagi orang percaya dan gereja Tuhan.
Saat kita melatih bentuk doa
ini, kita langsung di hadapkan pada pertanyaan: Dapatkah kita sesungguhnya
mempengaruhi situasi orang lain dengan mendoakan mereka? Namun ini juga pertanyaan yang sulit saat kita berdoa
bagi orang lain namun nampaknya tidak sesuai dengan keinginan mereka yang kita
doakan pada saat itu. Contohnya, apakah mungkin berdoa syafaat bagi keselamatan
seseorang saat orang tersebut menolak kemungkinan itu. Atau secara umum, apakah
doa syafaat menghindari atau mengesampingkan keinginan yang lain? Alkitab tidak
secara langsung menjawab pertanyaan seperti ini. Namun lebih kepada menunjukkan
bagaimana berdoa bagi orang lain dalam segala situasi. Musa bahkan berdoa untuk
Firaun dalam kitab Keluaran 8:9-13, dan tidak seorangpun di Alkitab yang
memiliki hati sekuat dia! Dan Allah mengangakat wabah sebagai jawaban bagi doa
Musa.
Sebagaimana dengan doa secara
umum, kita berurusan dengan misteri saat kita menaikkan doa syafaat. Kita harus
mengetahui hal itu. Kita juga harus mengetahui bahwa misteri ini tidak dapat dipisahkan dari tokoh-tokoh
Alkitab yang mempertahankan doa syafaat. Abraham adalah contoh kunci saat dia
berdoa bagi Sodom dan Gomora dalam Kejadian 18:17-33. Juga, Musa berdoa bagi
Israel dalam Keluaran 32:32; Bilangan
14:17 dan Ulangan 9:26. Kemudian,
dalam Doa Daud kepada Israel dalam I
Tawarikh 21:17. Para nabi berdoa terus menerus dan dengan sungguh-sungguh bagi
umatNya, dan Pemazmur penuh dengan contoh-contoh doa syafaat. Dalam Perjanjian
Lama umat berdoa untuk kemenangan secara militer, bagi anak mereka, bagi penyertaan ilahi, bagi kebebasan, bagi
kesehatan, dan bagi rahmat-untuk beberapa nama.
Contoh terbaik dalam
Perjanjian Baru adalah dari Yesus dan Paulus. Saat berada di bumi, Kristus
berdoa bagi orang lain agar melihat realitas dan kemuliaan Bapa (Yohanes
11:41-42; 12:28), bagi murid-muridNya (Yoh 17:1-19), bagi masa depan orang
percaya (Yoh 17:20-23), dan pengampunan bagi orang lain (Lukas 23:46). Setelah
kenaikannya, kita diberitahu bahwa Kristus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:34,
Ibrani 7:25). Juga, Roh Kudus berdoa bagi kita (Roma 8:26-27). Dan juga bagi
kita yang tidak digerakkan dan diperintahkan sebagaimana yang kita baca
mengenai doa-doa Paulus bagi orang lain, khususnya di awal surat-suratnya.
Ambillah
pesan Alkitab secara keseluruhan, hal yang kita diundang, dan memang
diperintahkan (I Timotius 2:1-3), untuk berdoa kepada Allah atas nama orang
lain, dimana kita bebas memohon untuk apapun selama tidak bertentangan dengan
kehendak Allah sebagaiman kita ketahui. Syafaat semacam itulah yang menjamin
secara luas dan kebebasan luar biasa dalam berekpresi. Dan ada kalanya bergerak
dalam suasana yang tidak terlihat yang bermanfaat bagi orang yang kita doakan.
Jadi begitu berharga adalah
karunia syafaat bahwa
sebagai nabi tua, Samuel,
memberikan sambutannya kepada bangsa Israel (I Samuel 12:23), katanya, “ Mengenai
aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan
kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus.”
Mengingat
pentingnya doa syafaat, kita bergerak melihat bagaimana kita dapat melatihnya
secara efektif. Tokoh Alkitab menyaksikan bahwa hal ini seharusnya dipraktekkan
dalam doa pribadi kita. Pendoa syafaat Paulus pada awal surat-suratnya merefleksikan
hatinya dalam syafaat kepada gereja-gereja yang diperdulikannya. Menggunakan
Mazmur sebagai penuntun, kita belajar bahwa seluruh jemaat dapat melatih
syafaat mereka; memang, pendoa syafaat dapat menjadi bagian yang mendalam dalam
penyembahan umat. Dalam cara ini kita
memenuhi nubuatan nabi Yesaya bahwa Rumah Allah akan di sebut Rumah Doa (Yesaya
56:7), nubuatan yang diulang Kristus sendiri dalam Matius 21;13, dan Lukas
19:46.
Dalam
setiap doa syafaat kita berdoa untuk kerinduan hati kita untuk bersyafaat bagi
orang lain. Kita tidak menyuruh Allah melakukan sesuatu atau memaksa Allah
melakukan sesuatu. Namun kita bebas mengekspresikan hati kita bersyafaat bagi
orang lain. Dimana juga hal itu dapat menahan hasrat kita atau emosi kita. Jika
niat kita terhormat, kita akan yakin
bahwa Roh Kudus melihat “kesalahan” dan akan secara benar menerjemahkan doa
kita di hadapan Bapa di Surga. Dalam doa syafaat, tugas kita bukanlah “bisa
melakukannya denga benar”, namun lebih kepada “dapatkan dengan benar.” Allah
akan membuat semuanya masuk akal dan menenunnya menjadi satu dengan
kehendakNya.
Translate By
Pdp. Ronaldo Lesilolo, S.Th
Sumber:
The Everyday Study Bible
Bang, I love the design of your blog. Would love to read moreeeee from you. I'm following you!
ReplyDelete